TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menyebut Indonesia bisa menjadi pemimpin bagi negara Muslim apabila ekonomi baik dan kuat.
“Saya yakin kita bisa menjadi rujukan kemajuan bagi negara-negara muslim. Bahkan saya meyakini, insha Allah bisa menjadi pemimpin negara-negara muslim apabila ekonomi kita baik dan ekonomi kita kuat. Yakin kita bisa, yakin usaha sampai,” kata Presiden Joko Widodo di depan Kongres HMI di Ambon, Rabu, 14 Februari 2018.
Baca juga: Tanggapi Pendapat Infrastruktur Tak Penting, Ini Status FB Jokowi
Presiden kembali mengingatkan bahwa Indonesia sudah masuk ke dalam kategori negara yang besar ukuran ekonominya dan masuk "Group 20" (G-20). Karena itu, Presiden meminta Indonesia jangan lagi mencari-cari bantuan melainkan justru harus mulai membantu.
“Saya sudah sampaikan kemarin pada duta-duta besar, jangan lagi mencari bantuan-bantuan, jangan lagi seperti ini. Kita justru harus mulai membantu, jangan meminta-minta bantuan. Harus memulai seperti itu,” kata Jokowi.
Jokowi menegaskan negara yang membutuhkan sedapat mungkin bisa dibantu. Ia meyakini Indonesia bisa membantu dan bahkan Indonesia juga bisa menjadi rujukan kemajuan bagi negara-negara Muslim.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sebagai negara demokratis ketiga terbesar di dunia dan sebagai satu-satunya negara Asean yang masuk ke dalam G-20 atau negara-negara dengan ukuran ekonomi besar, Presiden meyakini Indonesia punya modal besar sebagai pemimpin.
“Saya yakin Indonesia bisa berbuat banyak. Islam Indonesia adalah yang moderat, yang toleran, yang modern, yang terbuka untuk kemajuan,” ujar Presiden.
Presiden mengingatkan, Indonesia punya Pancasila sebagai ideologi pemersatu. Indonesia juga sudah punya banyak bukti bahwa Nusantara kokoh bersatu, bukti bahwa Bhineka Tunggal Ika sangat tangguh, bukti bahwa Indonesia negara berpenduduk mayoritas muslim yang sukses berdemokrasi dan terbuka untuk kemajuan negeri.
“Jangan lupa kita punya insan-insan yang hebat, insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan Islam, insan yang memperjuangkan keadilan,” ucap Presiden.
“Kita berada di era globalisasi yang penuh kompetisi, penuh persaingan. Kita tidak bisa membendung inovasi dan teknologi yang terus berkembang. Kita berada di dunia yang bergerak dinamis, bergerak sangat cepat,” katanya.
Ia menunjuk revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung harus diantisipasi secara serius. Digitalisasi, computing power, dan data analytics, diakui Presiden, telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang.
Untuk itu, Presiden Jokowi menegaskan tidak ada jalan lain, Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
BISNIS.COM